Ngopi Bareng Raja Abdullah :D

Judul di atas, jangan lantas terkecoh bahwa aku pernah nyruput kopi bareng Raja Abdullah lho ya :D ... Ini cuma kiasan saja :D

Bicara soal kesejahteraan, bangsa kita memang sangat terlihat sekali perbedaan dan ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin. Fenomena yang tidak perlu lagi dijabarkan sebab sangat terlihat. Kesenjangan sosial begitu menganga.

Pada dasarnya semua bangsa mengalami hal ini. Ada yang kaya dan ada yang miskin adalah sebuah keniscayaan. Namun, bagaimana agar tidak terjadi kesenjangan yang bisa menimbulkan kecemburuan? Sementara cemburu itu seperti api yang bisa membakar dengan sangat cepat.

Data sejarah menyatakan bahwa Revolusi Prancis terjadi sebab atas dasar kesenjangan sosial yang parah.

Nah Islam memberi solusi dan penjembatanan antara yang kaya dan yang miskin, untuk meminimalisir atau bahkan menghapus kesenjangan itu dengan media infaq, shodaqoh, hibah, hadiah, dan yang paling wajib yaitu Zakat (baik fitrah atau harta).

Di luar itu, aku yakin, setiap pemerintah suatu negara, pasti berusaha untuk menghapus kemiskinan dan mengangkat kesejahteraan rakyatnya dengan kebijakan masing-masing.

Nah masalahnya, pemerintahan kita tampak sangat bingung sekali (kalau tidak boleh dikatakan mentok) menghadapi kenyataan menyedihkan yang terjadi dalam bangsa kita. Angka kemiskinan grafiknya bukan menurun, tapi malah menanjak. Data statistiknya semakin mengharukan.

Sebab kemiskinan jika tidak ditanggulangi dengan baik, serta kontrol moral dan ruh tidak tersedia dan tidak aktif, maka bisa mendorong seseorang pada tindakan kriminal. Benar apa yang dikatakan Nabi, bahwa kemiskinan (jika tidak ditanggapi dengan bijak) maka bisa saja menjadikan seseorang keluar dari agama dan kewarasannya (Kaada al-faqru an yakuna kufron).

Nah yang unik adalah yang aku lihat di Saudi Arabia. Semua orang banyak mengira bahwa rakyat negara ini (begitu pula negara arab penghasil minyak yang lain) begitu makmur, sejahtera, dan merata. Siapa bilang? Di lapangan tidak sepenuhnya menunjukkan hal itu. Banyak sekali orang miskin di sana, bahkan lebih miskin dan lebih sulit hidupnya dari yang tinggal di bawah jembatan di negara kita (dari dulu mah orang miskin ya hidupnya sulit).

Tapi yang penting adalah, tidak adanya kesenjangan sosial dan rasa iri pada kaum miskin terhadap kaum kaya di negara-negara arab ini. Nah di sini titiknya.

Sederhana saja, oke orang kaya pasti lah memiliki fasilitas lengkap, mewah, dan segalanya terpenuhi. Tetapi kelengkapan fasilitas itu tidak terlalu membuat orang miskin iri.

Tetapi dalam masalah yang berhubungan dengan perut, masalah makanan, nah ini baru jadi titik perhatian.

Di negara kita, sangat terlihat sekali bagaimana pola makan (dan menunya) antara orang yang kaya dan yang miskin. Apalagi kalau ada pesta, acara-acara, bahkan seremonial para pejabat. Sesuatu yang pasti membuat orang miskin hanya bisa menelan air liurnya, dan menyisakan 'sedikit' rasa mangkel dalam hati mereka, bener tidak?

Tapi kalau di Arab, sangat unik. Acara jamuan resmi Raja, atau acara apapun, menu makanannya, menu jamuannya. Sama dengan yang dikonsumsi orang miskin ! Dengan kata lain, orang miskin bisa merasakan apa yang diminum dan di makan Raja mereka (dan para Pangerannya). Sesuatu yang belum tentu bisa dirasakan orang miskin di negara kita.

Terlihat di TV secara langsung acara-acara resmi kerajaan dan beberapa kali aku sendiri menghadiri majlis-majlis baik yang diadakan orang kaya raya atau orang menengah, jamuannya adalah Qohwah arabica plus korma, atau halawiyyat. Sama persis yang dinikmati Raja dengan yang dinikmati rakyatnya.

Setelah itu prasmanannya adalah nasi bukhori dengan lauk kambing atau onta, sesuatu yang juga dinikmati orang miskin. Di mana-mana.

Sarapannya pun sama antara Raja dengan rakyatnya, pasti tamis (roti gandum khas arab) dengan ful (kacang merah yang dilumatkan) atau adas. Beda dengan negara kita, yang kaya makan roti dengan selai, keju, yang miskin makan nasi jagung, atau malah gaplek.

Oke, yakin sekali para orang kaya itu pasti juga makan makanan khas eropa yang berkelas dan mahal, namun tidak di depan orang miskin. Ataupun jika kebetulan tahu, mereka mau berbagi, atau setidaknya bersedekah. Pemandangan yang sangat biasa sekali pada masyarakat arab teluk.

Nah kebiasaan inilah yang sukses menghapus kesenjangan di negara-negara arab, maka tentu saja efek selanjutnya adalah ketentraman dan ketenangan hidup.

Jika dipikir jernih, semua apa yang ada pada syariat kita, seluruhnya berhikmah dan mempunyai dampak langsung pada keseimbangan hidup, dan bahkan keseimbangan ekosistem alam. Hanya kita-nya saja yang masih belum begitu bisa menangkap apa maksud terjauh daripada syariah untuk mengatur keseimbangan yang menjamin pada ketenangan dan kesejahteraan..

Masih harus lebih banyak belajar lagi tentang kehidupan yang terpancar indah dari cahaya syariat itu sendiri. Wallahu a'lam.