Berbicara kamar mandi, identik sekali dengan segala hal yang berhubungan dengan kebersihan. Kebersihan badan terutama, dan tentu saja kebersihan kamar mandi itu sendiri.
Aku pribadi, terus terang soal kamar mandi agak ruwet. Entah apa sebabnya, yang pasti di tempat manapun, pertama yang aku kontrol adalah kamar mandi. Kalau kamar mandinya kotor, lumutan parah, apalagi bau tidak karu-karuan, aku lebih memilih tidak memasuki kamar mandi itu (kecuali sangat terpaksa sekali)
Babaku bilang, ukuran kebersihan sebuat tempat itu adalah di lihat dari kamar mandi dan dapurnya. Kalau dua tempat ini bersih dan sehat, maka semua bagian rumah akan ikut bersih dan sehat.
Makanya, dulu waktu kecil, aku paling ogah jika sudah diajak berziarah ke rumah kakekku di Gresik. Sebab aku begitu trauma dengan WC-nya yang hanya berupa dinding gedhek dan galian gitu saja, tidak ada toilet modern seperti sekarang. Bau? Jangan ditanya lagi.
Begitu juga faktor utama aku tidak betah mesantren di Purworejo sebab (lagi-lagi) WC-nya, mana nggak ada pintunya lagi, cuma ditutup pake papan plastik doang, akibatnya kalau ada angin bertiup, itu papan seketika roboh menimpa siapapun yang lagi nikmat-nikmatnya mengejan :D sialan bener pokoknya (pernah ngalami sih :D).
Pualing benci saat melihat kotoran yang tidak disiram, atau bau pesing yang menyeruak. Dalam hati aku pasti berkomentar ketus, siapa sih ini bodoh banget kayak gini? Apalagi kalau kamar mandinya bagus (seperti saat di Malang atau Mekkah saat ini), kok masih menemukan gitu, aku segera berkomentar, udah mondok di kota, adat ndeso masih dibawa saja. :D
Kebetulan juga, sejak mulai belajar di pesantren, aku selalu mendapat tugas membersihkan kamar mandi (cuma menguras septic tank saja yang aku tidak sanggup melakukan, sebab sudah muntah duluan :D)
Bukan soal apa-apa, memang masalah kebersihan harus sangat diperhatikan. Sekaligus Tathbiq (praktek) atas ilmu kita, bukan cuma sekedar Nadhoriyyah (teori) saja. Karena ironisnya, dalam fiqih, justru bab pertama yang dibahas adalah Thaharah, kesucian yang berhubung langsung dengan kebersihan, nadhofah.
Bukankah dalam banyak hal Nabi mengisyarahkan dan mengajarkan akan kebersihan? Semua ta'alim (intruksi) dalam agama kita selalu berhubungan dengan kebersihan. Banyaknya mandi sunnah adalah salah satu indikasi daripada itu.
Belum pula dinyatakan bahwa kebersihan sendiri adalah termasuk bagian keimanan seseorang. Nabi mempraktekkan dan memberikan contoh langsung soal ini dan sangat banyak kisahnya.
Kembali pada topik, pada akhirnya, seyogyanya mulai saat ini kita memperdulikan kebersihan kamar mandi kita. Sebab kamar ini (meski sebagai tempat pembuangan) adalah bagian hidup kita. Menghargai kamar mandi (dengan menjaga kebersihannya) adalah sama halnya dengan menghargai diri sendiri.
Coba lihat negara-negara modern, kebersihan adalah hal yang paling mereka utamakan. Semakin bersih bangsa itu, maka akan semakin maju. Sebaliknya, negara-negara yang tertinggal, rata-rata kumuh. Semakin kotor maka bangsa itu semakin terpuruk.
Fenomena yang sangat aneh, saat kebersihan yang merupakan ruh islam justru kini dipraktekkan dengan begitu sempurna oleh negara-negara non islam. Sementara orang islam sendiri begitu cuek dengan kebersihan ini. Maka jangan pernah menyalahkan siapapun kenapa kita benar-benar terbelakang.
Kesalahan ada pada diri kita sendiri, fa laa yalumanna illa nafsah. Saatnya perenungan untuk menuju pembenahan, key? Semoga :)
Aku pribadi, terus terang soal kamar mandi agak ruwet. Entah apa sebabnya, yang pasti di tempat manapun, pertama yang aku kontrol adalah kamar mandi. Kalau kamar mandinya kotor, lumutan parah, apalagi bau tidak karu-karuan, aku lebih memilih tidak memasuki kamar mandi itu (kecuali sangat terpaksa sekali)
Babaku bilang, ukuran kebersihan sebuat tempat itu adalah di lihat dari kamar mandi dan dapurnya. Kalau dua tempat ini bersih dan sehat, maka semua bagian rumah akan ikut bersih dan sehat.
Makanya, dulu waktu kecil, aku paling ogah jika sudah diajak berziarah ke rumah kakekku di Gresik. Sebab aku begitu trauma dengan WC-nya yang hanya berupa dinding gedhek dan galian gitu saja, tidak ada toilet modern seperti sekarang. Bau? Jangan ditanya lagi.
Begitu juga faktor utama aku tidak betah mesantren di Purworejo sebab (lagi-lagi) WC-nya, mana nggak ada pintunya lagi, cuma ditutup pake papan plastik doang, akibatnya kalau ada angin bertiup, itu papan seketika roboh menimpa siapapun yang lagi nikmat-nikmatnya mengejan :D sialan bener pokoknya (pernah ngalami sih :D).
Pualing benci saat melihat kotoran yang tidak disiram, atau bau pesing yang menyeruak. Dalam hati aku pasti berkomentar ketus, siapa sih ini bodoh banget kayak gini? Apalagi kalau kamar mandinya bagus (seperti saat di Malang atau Mekkah saat ini), kok masih menemukan gitu, aku segera berkomentar, udah mondok di kota, adat ndeso masih dibawa saja. :D
Kebetulan juga, sejak mulai belajar di pesantren, aku selalu mendapat tugas membersihkan kamar mandi (cuma menguras septic tank saja yang aku tidak sanggup melakukan, sebab sudah muntah duluan :D)
Bukan soal apa-apa, memang masalah kebersihan harus sangat diperhatikan. Sekaligus Tathbiq (praktek) atas ilmu kita, bukan cuma sekedar Nadhoriyyah (teori) saja. Karena ironisnya, dalam fiqih, justru bab pertama yang dibahas adalah Thaharah, kesucian yang berhubung langsung dengan kebersihan, nadhofah.
Bukankah dalam banyak hal Nabi mengisyarahkan dan mengajarkan akan kebersihan? Semua ta'alim (intruksi) dalam agama kita selalu berhubungan dengan kebersihan. Banyaknya mandi sunnah adalah salah satu indikasi daripada itu.
Belum pula dinyatakan bahwa kebersihan sendiri adalah termasuk bagian keimanan seseorang. Nabi mempraktekkan dan memberikan contoh langsung soal ini dan sangat banyak kisahnya.
Kembali pada topik, pada akhirnya, seyogyanya mulai saat ini kita memperdulikan kebersihan kamar mandi kita. Sebab kamar ini (meski sebagai tempat pembuangan) adalah bagian hidup kita. Menghargai kamar mandi (dengan menjaga kebersihannya) adalah sama halnya dengan menghargai diri sendiri.
Coba lihat negara-negara modern, kebersihan adalah hal yang paling mereka utamakan. Semakin bersih bangsa itu, maka akan semakin maju. Sebaliknya, negara-negara yang tertinggal, rata-rata kumuh. Semakin kotor maka bangsa itu semakin terpuruk.
Fenomena yang sangat aneh, saat kebersihan yang merupakan ruh islam justru kini dipraktekkan dengan begitu sempurna oleh negara-negara non islam. Sementara orang islam sendiri begitu cuek dengan kebersihan ini. Maka jangan pernah menyalahkan siapapun kenapa kita benar-benar terbelakang.
Kesalahan ada pada diri kita sendiri, fa laa yalumanna illa nafsah. Saatnya perenungan untuk menuju pembenahan, key? Semoga :)