Catatan ini terinspirasi gara-gara makan nasi bersama orang Arab. Sebelumnya ini bukan sebagai sebuah bahan tertawaan, karena memang setiap bangsa mempunyai budaya masing-masing, dan tentu saja tata cara makan masing-masing.
Bagi orang Indonesia seperti kita, makan pakai tangan adalah hal yang sangat biasa dan kita mempunyai seni tersendiri dalam tata cara mengambil sesuap nasi dengan tangan kita. So, makan dengan tangan, kita oke, dengan sendok pun oke (tapi jangan tanya kalau pangsit, megangnya saja belepotan :D)
Nah, orang Arab, sebagai bangsa yang tidak terbiasa makan nasi, tentu saja mereka menemukan kesulitan saat harus makan nasi dengan tangan. Sendok (Mil'aqoh) adalah keharusan jika makan nasi, jadinya kalau tidak ada mil'aqoh, dengan terpaksa mereka mengambil nasi dengan tangannya tapi dikepal-kepalkan dulu sebelum di makan.
Tahu anak kecil yang baru belajar makan sendiri dengan tangannya? Ya kayak gitu tu orang Arab kalau makan nasi pakai tangan.
Adapun keseharian mereka, tentu saja roti adalah makanan utama. Wisata kuliner di resto arab manapun, pasti menyediakan roti dengan segala jenisnya (Isy, somuli, khubz, tamis, maryam, qorsh, dan lain sebagainya).
Dan tentu saja, karena yang dimakan adalah roti, tidak ada ceritanya pakai sendok, pasti pakai tangan. Jadi mil'aqoh digunakan hanya untuk makanan tertentu saja dan segala hal yang berkuah (syurbah).
Perihal makan dengan tangan, aku pribadi lebih suka makan menggunakan tangan daripada sendok garpu, meski di restoran mahal dan lux sekalipun, makan menggunakan tangan sendiri adalah pilihan.
Bukannya tidak bisa menggunakan sendok, garpu dan pisau, makan dengan tangan sendiri selalu terasa nikmat dan ada kepuasan yang luar biasa (ini bagiku pribadi lho ya, kan banyak juga yang lebih suka makan pakai sendok daripada tangan).
Namun berbicara soal keberkahan, bagaimanapun tetap berkah makan memakai tangan daripada alat bantu yang lain, sebagaimana petunjuk Nabi.
Bahkan beliau juga menunjukkan tata cara lain makan menggunakan tangan, semisal cukup tiga jari (tentu saja jika yang dimakan adalah sejenis roti, kurma), atau habis makan, hendaknya tangan dijilati, sebab siapa tahu berkah di situ.
Aku sendiri semakin mantap makan pakai tangan, gara-gara tahu dua cerita unik.
Pertama, sebuah kisah nyata yang dialami Hasan Al-Banna (pendiri Ikhwanul Muslimin), saat sedang wisata kuliner di sebuah resto mewah di Prancis.
Sebagai muslim, apalagi orang Arab, dia tetap dengan adatnya, yaitu makan pakai tangan. Nah saat itu, tindakan dia dilirik oleh banyak pengunjung resto yang tentu saja orang-orang Eropa, dan dicibir tuh lihat bagaimana orang Islam kalau makan, pakai tangan, kotor dan jorok.
Melihat hal itu, apalagi ada yang menyindirnya langsung, dengan tenang Syaikh Hasan al-Banna bergumam, "Aku makan, dengan tanganku sendiri, dan ini hanya masuk mulutku saja. Coba kalian, makan dengan sendok, itu sendok sudah masuk mulut berapa orang?" Kontan mereka terdiam. :D
Cerita kedua, adalah antar para ulama' sendiri, saat bersama-sama diundang dalam sebuah acara jamuan di rumah petinggi negara. Saat makan, ada yang pakai sendok dan ada yang tetap pakai tangan.
Nah Ulama' yang memakai sendok mengingatkan sahabatnya yang pakai tangan, ini kan di rumahnya pejabat, mbok ya yang agak sopanan dikit lah.
Dengan tenang, ulama yang makan pakai tangan tadi menjawab menggunakan bait dalam Nadzam Alfiyah, "Wa qoddimil akhosso fittisholi # wa qoddiman maa syi'ta finfisholi" ... Utamakan terlebih dahulu sesuatu yang tersambung (maksud beliau ya tangan), ada yang tidak tersambung, infishol, kapan saja sesukamu :D
Pada akhirnya, melihat keadaan lah soal makan baiknya menggunakan apa. Namun jika sangat memungkinkan, dahulukan penggunaan tangan, dengan niat mengikuti sunnah, di samping itu menurut kedokteran juga bagus, sebab lebih membantu proses pencernaan.
Adapun jika keadaan menuntut menggunakan sendok, maka gunakan sendok, jangan dicomot pakai tangan. Harus tahu etika dan tahu tempat. Semua baik pada tempatnya masing-masing.
Akhir catatan, jangan tiru kebiasaan di asramaku, berhubung anak banyak, yang namanya sendok pasti hilang, maka dapur tidak menyediakan sendok. So kalau maem berkuah, tentu saja cuma mangkok tanpa sendok, akhirnya untuk ngambil isi kuah, masing-masing harus menunjukkan kesaktian dengan mengobokkan tangannya dalam kuah panas tadi :D ..
Semoga saja kebiasaan ini tidak terbawa saat kami pulang, pasti kalian akan terbengong-bengong saat aku bertamu ke rumah kalian dan aku mengambil isi sayur sop atau sayur bayam langsung dengan tangan tanpa sadar, pasti ntar kalian bergumam, sakti beneran Mas Awy' ini :D
Bagi orang Indonesia seperti kita, makan pakai tangan adalah hal yang sangat biasa dan kita mempunyai seni tersendiri dalam tata cara mengambil sesuap nasi dengan tangan kita. So, makan dengan tangan, kita oke, dengan sendok pun oke (tapi jangan tanya kalau pangsit, megangnya saja belepotan :D)
Nah, orang Arab, sebagai bangsa yang tidak terbiasa makan nasi, tentu saja mereka menemukan kesulitan saat harus makan nasi dengan tangan. Sendok (Mil'aqoh) adalah keharusan jika makan nasi, jadinya kalau tidak ada mil'aqoh, dengan terpaksa mereka mengambil nasi dengan tangannya tapi dikepal-kepalkan dulu sebelum di makan.
Tahu anak kecil yang baru belajar makan sendiri dengan tangannya? Ya kayak gitu tu orang Arab kalau makan nasi pakai tangan.
Adapun keseharian mereka, tentu saja roti adalah makanan utama. Wisata kuliner di resto arab manapun, pasti menyediakan roti dengan segala jenisnya (Isy, somuli, khubz, tamis, maryam, qorsh, dan lain sebagainya).
Dan tentu saja, karena yang dimakan adalah roti, tidak ada ceritanya pakai sendok, pasti pakai tangan. Jadi mil'aqoh digunakan hanya untuk makanan tertentu saja dan segala hal yang berkuah (syurbah).
Perihal makan dengan tangan, aku pribadi lebih suka makan menggunakan tangan daripada sendok garpu, meski di restoran mahal dan lux sekalipun, makan menggunakan tangan sendiri adalah pilihan.
Bukannya tidak bisa menggunakan sendok, garpu dan pisau, makan dengan tangan sendiri selalu terasa nikmat dan ada kepuasan yang luar biasa (ini bagiku pribadi lho ya, kan banyak juga yang lebih suka makan pakai sendok daripada tangan).
Namun berbicara soal keberkahan, bagaimanapun tetap berkah makan memakai tangan daripada alat bantu yang lain, sebagaimana petunjuk Nabi.
Bahkan beliau juga menunjukkan tata cara lain makan menggunakan tangan, semisal cukup tiga jari (tentu saja jika yang dimakan adalah sejenis roti, kurma), atau habis makan, hendaknya tangan dijilati, sebab siapa tahu berkah di situ.
Aku sendiri semakin mantap makan pakai tangan, gara-gara tahu dua cerita unik.
Pertama, sebuah kisah nyata yang dialami Hasan Al-Banna (pendiri Ikhwanul Muslimin), saat sedang wisata kuliner di sebuah resto mewah di Prancis.
Sebagai muslim, apalagi orang Arab, dia tetap dengan adatnya, yaitu makan pakai tangan. Nah saat itu, tindakan dia dilirik oleh banyak pengunjung resto yang tentu saja orang-orang Eropa, dan dicibir tuh lihat bagaimana orang Islam kalau makan, pakai tangan, kotor dan jorok.
Melihat hal itu, apalagi ada yang menyindirnya langsung, dengan tenang Syaikh Hasan al-Banna bergumam, "Aku makan, dengan tanganku sendiri, dan ini hanya masuk mulutku saja. Coba kalian, makan dengan sendok, itu sendok sudah masuk mulut berapa orang?" Kontan mereka terdiam. :D
Cerita kedua, adalah antar para ulama' sendiri, saat bersama-sama diundang dalam sebuah acara jamuan di rumah petinggi negara. Saat makan, ada yang pakai sendok dan ada yang tetap pakai tangan.
Nah Ulama' yang memakai sendok mengingatkan sahabatnya yang pakai tangan, ini kan di rumahnya pejabat, mbok ya yang agak sopanan dikit lah.
Dengan tenang, ulama yang makan pakai tangan tadi menjawab menggunakan bait dalam Nadzam Alfiyah, "Wa qoddimil akhosso fittisholi # wa qoddiman maa syi'ta finfisholi" ... Utamakan terlebih dahulu sesuatu yang tersambung (maksud beliau ya tangan), ada yang tidak tersambung, infishol, kapan saja sesukamu :D
Pada akhirnya, melihat keadaan lah soal makan baiknya menggunakan apa. Namun jika sangat memungkinkan, dahulukan penggunaan tangan, dengan niat mengikuti sunnah, di samping itu menurut kedokteran juga bagus, sebab lebih membantu proses pencernaan.
Adapun jika keadaan menuntut menggunakan sendok, maka gunakan sendok, jangan dicomot pakai tangan. Harus tahu etika dan tahu tempat. Semua baik pada tempatnya masing-masing.
Akhir catatan, jangan tiru kebiasaan di asramaku, berhubung anak banyak, yang namanya sendok pasti hilang, maka dapur tidak menyediakan sendok. So kalau maem berkuah, tentu saja cuma mangkok tanpa sendok, akhirnya untuk ngambil isi kuah, masing-masing harus menunjukkan kesaktian dengan mengobokkan tangannya dalam kuah panas tadi :D ..
Semoga saja kebiasaan ini tidak terbawa saat kami pulang, pasti kalian akan terbengong-bengong saat aku bertamu ke rumah kalian dan aku mengambil isi sayur sop atau sayur bayam langsung dengan tangan tanpa sadar, pasti ntar kalian bergumam, sakti beneran Mas Awy' ini :D
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150192884932630