"Akhi, antum bersedia menjadi Guru Spiritual saya? Notes-notes akhi banyak memberi saya sesuatu yang baru, ringan bahasanya namun memberikan pencerahan ruhani."
"Hah? Ukhti ni ngarang aja, ya aku ini yang justru belajar pada ukhti, itu mah catatan ngawur ukh, memberikan pencerahan darimananya?" :D
"Aku anggap Akhi Guru Spiritualku."
@ @ @
Tak terasa, lebih dari setahun lalu percakapan chatting via YM itu. Aku mengenal namanya jauh saat aku masih di Malang. Aku kenal pertama kali melalui lembaran-lembaran majalah Annida, sebelum kutemukan buku-bukunya mulai menghiasi rak-rak toko buku sekelas Gramedia.
Ramah, mau berbagi, dan banyak bercerita, itu setiap kali aku chat dengannya. Jika online, dan YM dia tidak set busy, maka bisa segera kupastikan sebentar lagi ada kedip-kedip menyapa, "Assalamu alaikum Akh :)" dengan selalu diikuti emoticon smile. Dan kemudian percakapan berlangsung panjang.
Ukhti Nurul pun juga banyak bercerita padaku soal sakitnya, soal prahara rumah tangganya, dan lain sebagainya. Memang kami belum pernah bertemu sama sekali di nyata, akan tetapi rasanya telah kenal begitu lama.
Aku pun tentu saja selalu memanfaatkan momen percakapanku dengannya untuk minta koreksi dan kritik akan semua catatan-catatanku. Teman-teman pasti memperhatikan jika dalam daftar tag nama (Nurul F Huda Full) selalu ada dalam setiap notesku.
Susunan bahasa, tanda tulis, dan yang selalu kuingat Ukhti Nurul selalu mengingatkanku untuk menggunakan bahasa baku, kata beliau lebih enak dibaca, aku saja yang masih sering semau sendiri menggunakan bahasa tidak baku.
Dan saat catatan-catatan itu telah terkumpul, dan sudah saatnya dibukukan, dia adalah orang kedua yang kuberi tahu dan aku hubungi (setelah Mbak Jazimah) untuk mengkoreksi ulang sekaligus memberi endorsment atas calon bukuku itu.
Hingga akhirnya kami mulai jarang chat, dan dia mulai jarang kulihat update status karena kondisi kesehatannya semakin memburuk, sesekali masih SMS memberi tahu dan minta doa untuk kesembuhannya.
Namun meski dalam kondisi seperti itu, dia tetap gigih untuk menulis, tentu saja aku tahu darinya sendiri jika kebetulan dia online sebentar. Tak pernah kukira jika tulisan yang diceritakan mengenai dirinya sendiri, "Hingga Detak Jantungku Berhenti", adalah ternyata benar-benar goresan terakhirnya.
"saya menulis tentang diri saya Akh, tentang sakit saya ini, untuk berbagi kesemangatan pada teman-teman."
"Syafakillah Ukh, apa tidak istirahat saja, kok tetap menulis? Oh ya, Azizah bagaimana?"
Ya, Azizah adalah putri bungsunya yang kerap diceritakan di status-status FB-nya yang selalu inspiratif dengan bahasa kocak dan membangun.
Soal ini aku pernah tertawa saat dia mentag namaku dalam statusnya, bahwa yang selalu muncul di Berandanya adalah FB-ku.
Apapun, tak pernah aku kira jika dia akhirnya dengan begitu cepat meninggalkan kita semua, meninggalkan seluruh penggemar dan pembaca berat tulisan-tulisannya. Buku yang menceritakan tentang sakitnya, tentang hidupnya yang harus bergantung pada jantung implanasi, pada obat pencair darah, ternyata adalah pertanda akan kepergiannya selama-selamanya.
Entah apa lagi yang bisa aku tuliskan tentangnya, saat mengetik ini aku pun masih dalam bayang-bayang kegalauan kedua adik kandungku, Lulu dan Ahmad yang juga akrab dengannya, yang belajar banyak kepadanya tentang segala hal yang berhubungan dengan tulisan.
Selamat jalan ukhti.. Pahala buatmu akan terus mengalir selama buku-bukumu ada dan terus dibaca... Karena perjuangan penulis tidak pernah berhenti dengan wafatnya... Sebagai pembuktian atas Sabda Nabi bahwa semua amal terputus kecuali 3, dan tulisan-tulisan itu sekaligus mencakup 2 dari 3, yaitu ilmu yang dimanfaatkan sekaligus amal jariyah.
Kerendahan hatimu di tengah ketinggian kedudukanmu, sebagai penulis nasional adalah pelajaran terbesar bagiku ukh, terima kasih atas semuanya "Bidadari Biru", dan engkau kini telah benar-benar menjadi Bidadari.
@ @ @
"Membaca tulisan Awy', kita akan disodori dua hal yang sangat menonjol. Pertama, cerita pengantar yang mengalir, apa adanya dan selalu ada kelucuan. Kedua, setelah tersenyum atau tertawa, kita dibuat merenung, terpekur dan mengangguk-angguk atas hikmah dari kejadian yang dialami penulis. Beberapa yang sangat berkesan untuk saya adalah "Aku Diusir". Wew, sampai seperti itu menanamkan konsistensi terhadap nilai dan janji. Yang jelas, tulisan-tulisan Awy' selalu membuat saya tercenung menyadari kebodohan dan kurangnya ilmu saya, baik dalam hal referensi teks maupun dalam konteks. Ini adalah air segar yang melepaskan dahaga (Nurul F. Huda) *
@ @ @
Awy' A. Qolawun .. Makkah, 15 Gumada Thania 1432 H
* endorsment almarhumah penulis, buat calon buku "Kang Siang-Malam"..
Untuk Ruh Ukhti Nurul F Huda... Alfatihah
تقرير، العاصمة المقدسة مكة المكرمة, تعازيا ورثاء للفقيدة الغالية، وقد فاض روحها إلى بارئها فجر الأربعاء إثر الوكعة الصحية ... نسأل الله أن يكرم مثواها ويسكنها في فراديس جنانه.. وإلى روحها ... الفاتحة
"Hah? Ukhti ni ngarang aja, ya aku ini yang justru belajar pada ukhti, itu mah catatan ngawur ukh, memberikan pencerahan darimananya?" :D
"Aku anggap Akhi Guru Spiritualku."
@ @ @
Tak terasa, lebih dari setahun lalu percakapan chatting via YM itu. Aku mengenal namanya jauh saat aku masih di Malang. Aku kenal pertama kali melalui lembaran-lembaran majalah Annida, sebelum kutemukan buku-bukunya mulai menghiasi rak-rak toko buku sekelas Gramedia.
Ramah, mau berbagi, dan banyak bercerita, itu setiap kali aku chat dengannya. Jika online, dan YM dia tidak set busy, maka bisa segera kupastikan sebentar lagi ada kedip-kedip menyapa, "Assalamu alaikum Akh :)" dengan selalu diikuti emoticon smile. Dan kemudian percakapan berlangsung panjang.
Ukhti Nurul pun juga banyak bercerita padaku soal sakitnya, soal prahara rumah tangganya, dan lain sebagainya. Memang kami belum pernah bertemu sama sekali di nyata, akan tetapi rasanya telah kenal begitu lama.
Aku pun tentu saja selalu memanfaatkan momen percakapanku dengannya untuk minta koreksi dan kritik akan semua catatan-catatanku. Teman-teman pasti memperhatikan jika dalam daftar tag nama (Nurul F Huda Full) selalu ada dalam setiap notesku.
Susunan bahasa, tanda tulis, dan yang selalu kuingat Ukhti Nurul selalu mengingatkanku untuk menggunakan bahasa baku, kata beliau lebih enak dibaca, aku saja yang masih sering semau sendiri menggunakan bahasa tidak baku.
Dan saat catatan-catatan itu telah terkumpul, dan sudah saatnya dibukukan, dia adalah orang kedua yang kuberi tahu dan aku hubungi (setelah Mbak Jazimah) untuk mengkoreksi ulang sekaligus memberi endorsment atas calon bukuku itu.
Hingga akhirnya kami mulai jarang chat, dan dia mulai jarang kulihat update status karena kondisi kesehatannya semakin memburuk, sesekali masih SMS memberi tahu dan minta doa untuk kesembuhannya.
Namun meski dalam kondisi seperti itu, dia tetap gigih untuk menulis, tentu saja aku tahu darinya sendiri jika kebetulan dia online sebentar. Tak pernah kukira jika tulisan yang diceritakan mengenai dirinya sendiri, "Hingga Detak Jantungku Berhenti", adalah ternyata benar-benar goresan terakhirnya.
"saya menulis tentang diri saya Akh, tentang sakit saya ini, untuk berbagi kesemangatan pada teman-teman."
"Syafakillah Ukh, apa tidak istirahat saja, kok tetap menulis? Oh ya, Azizah bagaimana?"
Ya, Azizah adalah putri bungsunya yang kerap diceritakan di status-status FB-nya yang selalu inspiratif dengan bahasa kocak dan membangun.
Soal ini aku pernah tertawa saat dia mentag namaku dalam statusnya, bahwa yang selalu muncul di Berandanya adalah FB-ku.
Apapun, tak pernah aku kira jika dia akhirnya dengan begitu cepat meninggalkan kita semua, meninggalkan seluruh penggemar dan pembaca berat tulisan-tulisannya. Buku yang menceritakan tentang sakitnya, tentang hidupnya yang harus bergantung pada jantung implanasi, pada obat pencair darah, ternyata adalah pertanda akan kepergiannya selama-selamanya.
Entah apa lagi yang bisa aku tuliskan tentangnya, saat mengetik ini aku pun masih dalam bayang-bayang kegalauan kedua adik kandungku, Lulu dan Ahmad yang juga akrab dengannya, yang belajar banyak kepadanya tentang segala hal yang berhubungan dengan tulisan.
Selamat jalan ukhti.. Pahala buatmu akan terus mengalir selama buku-bukumu ada dan terus dibaca... Karena perjuangan penulis tidak pernah berhenti dengan wafatnya... Sebagai pembuktian atas Sabda Nabi bahwa semua amal terputus kecuali 3, dan tulisan-tulisan itu sekaligus mencakup 2 dari 3, yaitu ilmu yang dimanfaatkan sekaligus amal jariyah.
Kerendahan hatimu di tengah ketinggian kedudukanmu, sebagai penulis nasional adalah pelajaran terbesar bagiku ukh, terima kasih atas semuanya "Bidadari Biru", dan engkau kini telah benar-benar menjadi Bidadari.
@ @ @
"Membaca tulisan Awy', kita akan disodori dua hal yang sangat menonjol. Pertama, cerita pengantar yang mengalir, apa adanya dan selalu ada kelucuan. Kedua, setelah tersenyum atau tertawa, kita dibuat merenung, terpekur dan mengangguk-angguk atas hikmah dari kejadian yang dialami penulis. Beberapa yang sangat berkesan untuk saya adalah "Aku Diusir". Wew, sampai seperti itu menanamkan konsistensi terhadap nilai dan janji. Yang jelas, tulisan-tulisan Awy' selalu membuat saya tercenung menyadari kebodohan dan kurangnya ilmu saya, baik dalam hal referensi teks maupun dalam konteks. Ini adalah air segar yang melepaskan dahaga (Nurul F. Huda) *
@ @ @
Awy' A. Qolawun .. Makkah, 15 Gumada Thania 1432 H
* endorsment almarhumah penulis, buat calon buku "Kang Siang-Malam"..
Untuk Ruh Ukhti Nurul F Huda... Alfatihah
تقرير، العاصمة المقدسة مكة المكرمة, تعازيا ورثاء للفقيدة الغالية، وقد فاض روحها إلى بارئها فجر الأربعاء إثر الوكعة الصحية ... نسأل الله أن يكرم مثواها ويسكنها في فراديس جنانه.. وإلى روحها ... الفاتحة