JUALAN KACANG :D

(As-syai-u bis-syai-i yudzkar), suatu peristiwa bisa diingat sebab peristiwa yang lain.

Kalimat yang tepat untuk membuka catatan ini setelah semalam nobar dengan teman-teman seasrama final champion antara MU vs Barcelona, yang dimenangkan Barcelona 1-3 (bravo untuk El Barca, dan buat pendukung MU, udah hilang belum kecewanya? Hahaha :D).

Sebagai orang yang suka bola (bahkan pernah sampai tingkat gila), aku tentu saja mempunyai klub favorit dan klub yang tidak aku suka. Masing-masing negara ada, begitu pula masing-masing benua. Walau secara umum, aku bisa dihitung termasuk dalam Juventini berat.

Untuk Italia, tentu saja Juventus adalah klub favoritku. Kalau Inggris, sejak dulu Arsenal. Buat Spanyol, Barcelona telah memikat hati mulai aku kecil. Jika Belanda, nama Ajax Amsterdam begitu memukau. Ke Jerman, hati nyantol di Bayern Munich. Geser ke barat, Olympique Marseille adalah klub favorit di Prancis. Dari Asia, Al-Ittihad FC Saudi Arabia klub yang paling kusukai. Sedangkan dalam paparan dalam negeri, setelah Persela Lamongan (tentu saja dong), dulu aku fans Berat ASGS (Assyabaab Salim Grup Surabaya) sebelum bubar dan pindah ngefans ke Persebaya Surabaya.

Untuk ukuran tim nasional, sejak mengerti bola, Timnas Italia adalah tim yang paling aku suka, apapun yang terjadi. Dan dari benua-benua, Saudi Arabia untuk Asia, Argentina untuk Amerika Latin, Mexico untuk concacaf, dan Nigeria untuk Afrika. Semuanya tentu saja setelah Timnas tercinta, Indonesia. Garuda di dadaku.

Sebaliknya, aku pun memiliki deretan daftar tim yang paling tidak aku suka. Inter Milan (Italia), Manchester United (Inggris), Real Madrid (Spanyol), PSV Eindhoven (Belanda), Borrusia Dortmund (Jerman), Olympique Lyon (Prancis), Al-Hilal FC (Saudi Arabia), Persib Bandung, Timnas Thailand, dan yang paling sangat tidak suka, Timnas Brazil. Sentimen ya :P

Nah, gara-gara ini pula aku sering berlawanan dengan selera teman-temanku yang ternyata lebih banyak ngefans dengan tim-tim yang aku sebeli :P

Sebab ini pula aku pernah mengalami sebuah insiden (aku ceritakan setelah ini), yang aku simpan dalam-dalam (jeleknya :D), dan aku balaskan 6 tahun kemudian.

Sebelumnya, di antara sekian banyak pertandingan yang aku tonton, dan aku begitu puas melihatnya, serta selalu aku kenang, adalah saat Italia menang atas Prancis di Final Piala Dunia 2006, kala Saudi Arabia menghempaskan Uni Emirat Arab di final Piala Asia 1996, dan ketika Juventus menggebuk AC Milan 6-1 di San Siro pada Seri A 1997.

Sebaliknya, pertandingan yang membuatku sangat kecewa dan kadang ingat sampai sekarang, ketika ASGS ditahan seri Petrokimia Putra Gresik 2-2 di 8 besar Liga Dunhill 1995 di Senayan, dan waktu Italia dikalahkan Prancis di Final Euro 2000. Juga tentu saja saat Final Sea Games 1997 kala Indonesia kalah adu Penalti dengan Thailand, sampai menangis segala.

Halah, jadi kayak berita olahraga :D

Tapi well, nggak apa-apa, hahay, sekalian bernostalgia.

Nah saat Italia kalah ini (tahun 2000) aku mengalami insiden itu, padahal tengah-tengah dirundung kecewa berat gara-gara Fransesco Toldo dua kali ditaklukkan David Trezeguet, di waktu yang sangat menyedihkan. 1 menit sebelum bubarnya waktu asli, dan 1 menit setelah mulai babak tambahan, padahal sistemnya golden goal. Keok deh Italia hanya dalam tempo 3 menit saja. Padahal sudah unggul 1-0 sejak awal.

Nah, waktu itu aku nobar dengan santri-santri di pesantren di rumah. Semuanya mendukung Prancis (karena ada Zinedine Zidane yang Islam), cuma aku yang ngotot dan sendirian mendukung Italia.

Akhirnya setelah Italia kalah, dan aku pergi dengan menahan kecewa, esoknya saat hendak ngajar, aku dikejutkan tulisan besar-besar di Papan tulis di tempat kelas yang aku ajar, ITALIA DODOLAN KACANG ! :D

Kurang ajar betul, siapa ini? Seketika kemarahanku muntab, kuamuk siapa saja kala itu dan kucari biang keroknya, berani-beraninya menghina :D. Kuakui kalah, tapi mbok ya Italia jangan dijual-jualin kacang lah :D

Mangkel sekali rasanya kala itu, mana sebagian santri yang senior gojlokin aku lagi. Yang takut mau ngeledek sih masih sempat senyam-senyum, melihat aku kebakaran jenggot nggak jelas kayak orang gila :D

Kejadian itu aku simpan, awas ya, aku balas nanti. Dan benar-benar terbalas berselang 6 tahun kemudian, waktu Prancis kembali bertemu dengan Italia di Final World Cup 2006. Kali ini giliran Italia yang menang setelah tendang penalti David Trezeguet mental kena gawang Gianluigi Buffon, dan setelah tendangan terakhir Fabio Grosso menjebol jala Barthez.

Tentu saja aku sudah di Makkah, dan usai seremoni juara, segera aku Sms ke nomer pesantren, dan nomer semua seniorku dulu dengan kalimat yang sama, PRANCIS DODOLAN KACANG ! :D

Yang unik, saat nobar di Rusaifah, lagi-lagi dari seluruh penonton, hanya aku saja yang Italia ! Benar-benar tidak populer timnas satu ini, aneh sekali :D

Catatan penting, pada tahun 1994, saat pembukaan World Cup USA, di Stadion Rose Bowl, Washington. D. C, Presidan AS kala itu, Bill Clinton bilang, bahwa sepakbola bisa mengikat persaudaraan, memupuk rasa kebersamaan, menghilangkan semua dendam.

Tapi apa benar gitu? Kenyataannya selalu tidak sama di lapangan. Mungkin kasusku hanya satu sampel di antara sekian juta sampel, bahwa sepakbola kerap menyimpan dendam kesumat.

Bukan sepakbolanya yang salah, kita saja yang begitu mudah diperdaya setan, sehingga akhirnya menyimpan dendam segala.

Sering sekali juga gara-gara bola kita cekcok dengan teman-teman. Akhirnya berujung saling olok, dan tentu saja meninggalkan sakit hati. Nah sakit hati inilah yang jika dibiarkan, tidak diwaspadai, bisa melahirkan rentetan penyakit hati yang lain. Dan kuperhatikan, bola kerap sukses menanamkan ini tanpa disadari siapapun.

Yang dituntut dari kita tentu saja waspada, jika kita bilang bahwa nonton bola adalah hiburan, maka hal itu harus juga kita netralkan dalam hati kita, tak sekedar di lisan. So artinya, kalau hiburan maka jangan sampai sakit hati kalau ada sesuatu tak sesuai harapan.

Tapi kenyataannya sulit kan? Setan memang pintar cari celah, dan kita kerap kali lengah.

Pada akhirnya, ini hanya satu catatan negatif saja, masih banyak titik negatif yang lain di sana melihat dari sudut kita sebagai muslim, dan sebagai makhluk yang tujuan awal dari penciptaannya adalah, untuk ibadah.

Mawas diri diperlukan. Wallahu A'lam.