Merasa Bangga Sebagai Muslim Lewat Bola

Jika kita memperhatikan perkembangan dunia kulit bundar dalam medio 15 tahun terakhir, terlihat sekali beberapa nama besar pesepakbola dengan background sebagai seorang Muslim. Dan yang sangat menonjol, tentu saja Zinedine Zidane.

Sekilas, siapapun orang Islam (terlebih yang suka bola) akan merasa sangat bangga dengan Islamnya, bahwa ternyata ada orang Islam yang mempunyai prestasi tinggi yang secara tak langsung "mengharumkan" nama agamanya.

Sebelum saya teruskan catatan ini, memang sekarang zamannya para artis, para atlit yang menjadi public figure dunia, menjadi pandangan, meski semuanya berupa ghoflah (lalai) dan Lahw (main-main).

Kalau zaman terdahulu, para politikus para Ulama, yang menguasai medan sejarah. Maka untuk zaman ini, giliran mereka menggeser supremasi orang-orang yang sebenarnya berperan penting pada kehidupan.

Coba tanyakan secara acak pada siapapun muslim yang kamu temui, siapa ahli fiqih kaliber dunia sekarang? Siapa ahli tafsir masa kini? Siapa ahli hadits saat ini untuk ummat ini? Pasti mereka menjawabnya dengan gelagapan.

Tapi kalau ditanya siapa tokoh bola? Siapa artis paling top? Bagaimana biodata Justin Bieber, Lady Gaga, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, maka jawabannya pasti lancar kayak membaca al-Fatihah.

Al-Muhim, kembali pada topik, meski tentu hal memprihatinkan, tapi masih alhamdulillah lah ada rasa bangga sebagai muslim meski melalui bola. Bagaimanapun mereka juga mengingatkan dan mewarnai, setidaknya orang Islam yang sudah remuk redam, tidak terlalu dipandang sebelah mata.

World Cup Germany 2006, jika diperhatikan dengan seksama, mulai awal seremoni pembukaan sampai penutupan, ternyata banyak membangkitkan rasa Izzah, rasa bangga kita sebagai muslim.

Flashback ke 5 tahun lalu (terutama untuk penggemar bola), bagaimana perasaan kita sebagai muslim saat parade bendera negara-negara peserta (yang kebetulan masing-masing seukuran sepersepuluh lapangan) dan tepat ketika kita melihat dua bendera besar berlahan memasuki stadion, yang satu bertuliskan kalimat tauhid "Laa ilaha Ilallah Muhammad Rasulullah" (kepunyaan Saudi Arabia) dan yang satu bertuliskan lafdzul jalalah "Allah" (kepunyaan Iran) ? Seketika dada berdebar penuh gemuruh, Allahu Akbar.

Belum saat pertandingan, tiba-tiba ada selebrasi gaya baru usai mencetak gol, bersujud syukur di lapangan yang dipelopori oleh pemain-pemain muslim Saudi Arabia (diawali oleh Sami Al-Jaber dan Yasser Al-Qahtani), lantas diikuti oleh beberapa pemain muslim dari negara lain (termasuk Freddy dari timnas Brazil).

Sangat PD dan berani sekali menunjukkan identitas keislaman di tanah Eropa lagi. Bersujud di stadion, di tengah sorotan milyaran pasang mata dari seluruh penjuru dunia.

Namun, keberadaan pemain muslim dari negara muslim, adalah hal yang sangat wajar sekali, dan tentu saja tetap membanggakan. Nah, yang luar biasa, adalah keberadaan pemain muslim di tengah tim nasional negara non muslim, apalagi negara bertradisi kristen kuat seperti Prancis, Swedia, Brazil, Belanda, dan sebagainya.

Di Prancis kita bisa menemukan nama-nama besar semacam Zinedine Zidane, Samir Nasri, Kareem Benzema, Hateem Benarfa, Nicolas Anelka, Thierry Henry, Lilian Thuram, Frank Ribery, Floren Malouda. Di Belanda kita bertemu pemain Muslim semisal Robin Van Persie, Khalid Boulahrouz. Di Jerman ada Mesut Ozil, Sami Khedira. Di Swedia ada nama moncer Zlatan Ibrahimovic.

Itu belum nama-nama semisal Frederick Cannoti, Kolo Toure, Yaya Toure, dan sebagainya. Setidaknya, nama mereka sedikit memberikan kesan positif sebagai muslim, meskipun sebagian di antaranya membuat skandal yang sama sekali tak sesuai dengan ruh dan ajaran Islam (semoga Allah mengampuni).

Pada akhirnya, yang terpenting dari catatan ini, kita harus merasa bangga sebagai muslim, di manapun kita berada. Jangan sekalipun menunjukkan kita lemah, karena kita punya Izzah. Dan tentu saja hal dengan cara yang diridhoi oleh Islam, bukan dengan cara semau sendiri berupa terorisme yang dilakukan sebagian saudara muslim kita yang salah jalan.

Akhir catatan, ada insiden lucu di asramaku, Rusaifah, Makkah, saat beberapa teman sedang nobar pertandingan antara Real Madrid melawan Osasuna. Beberapa sahabat yang Madridisti berat, ribut dengan sendirinya bahwa Madrid harus dibela sebab banyak pemainnya yang Islam.

Entah mungkin karena sebal atau apa, salah satu teman yang sejak awal memegang remote televisi, segera merubah channel, dari pertandingan Real Madrid, ke Liga setempat, Saudian Professional League (kebetulan antara Al-Nasr melawan Al-Ittifaq), dan pergi sambil bicara ketus,

"Pemain Islam, pemain Islam. Nih liga saudi, semuanya Islam, pemainnya, penontonnya, sampai wasitnya, sa' hakim garisnya. Noh semuanya Islam. Liat bola tu yang tenang, jangan ribut mulu !" :D

Seketika kami yang menonton adegan itu tertawa ngakak, kapok koen :D

Oh ya sahabat, siapa lagi pemain Islam selain nama-nama yang telah kusebut di atas? :)