Diaryku (110) : REAKSI TERHADAP DOSA

Pada medio pertengahan 2003, saat aku di Pujon Malang, aku pernah mendapat pelajaran kehidupan yang sangat penting dari orang tuaku, bagaimana cara bersikap saat kita mendengar kabar tak mengenakkan yang menimpa kerabat kita. Terutama jika hal itu berhubungan dengan perbuatan dosa.


Mungkin, jika musibah itu menimpa orang lain, kita pasti mengelus dada, merasa kasihan. Tapi saat menimpa kerabat kita, yang terjadi adalah lebih dari itu, sebab ada tambahan beban psikologi. Shock, terpukul, tak percaya, tak mengira, dan lain sebagainya.


Seperti biasa, seminggu sekali aku pasti menelpon ke rumah. Dan sore itu, seperti biasa pula yang mengangkat horn telpon adalah babaku.


Baru saja aku salam, segera beliau memberiku pengarahan-pengarahan aneh yang tak biasa aku terima.


"Alawy, ada berita tidak enak. Baba harap, sebelum kamu mendengar kabar itu, kamu harus mengosongkan hati dulu," buka beliau.


"Apa itu Baba?" perasaan tak enak mulai menjalar dalam hatiku.


"Baba harap, jangan sedikitpun terlintas di hatimu menganggap orang itu jelek, menghinanya, mengoloknya. Jangan sekalipun," lanjut Babaku,


"Iya Baba, akan saya lakukan, tapi apa itu?" kejarku penasaran sembari kalut sebab perasaan tidak enak dan resah itu semakin kuat.


"Sungguh Wy, jika sudah Baba ceritakan setelah ini, baba berharap kamu tidak menjelek-jelekkannya. Tanggapi dengan hati tenang, biasa saja, dan minta pada Allah untuk selalu menjaga kita." Babaku masih dengan pesan-pesannya.


"Thoyyib Baba, Insyaallah..." itu balasanku,


"Salah satu kerabatmu, fulan bin fulan, diuji, dia menghamili anak orang di luar nikah, dan sekarang desa sedang geger, abahnya sangat terpukul...", tidak aku ingat lagi setelah itu kata-kata Babaku sebab mendadak aku terduduk lemas di kabin. Meski sudah aku siapkan mentalku, aku masih saja terpukul dan tak percaya dengan semua yang telah terjadi...


# # #


Manusia, tidak lepas dari perbuatan dosa, baik itu dosa pribadi yang hubungannya dengan Pencipta saja, atau dosa sosial yang juga melibatkan orang lain (ini yang sering membuat orang di luar lingkaran, tanpa sadar ikut terjebak dan masuk dalam dosa)


Sering terlebih dahulu kita terjebak mengolok dan menjelekkan orang yang terjatuh melakukan dosa. Merasa bahwa diri kita lebih baik, memberi cap dia sebagai orang tak bermoral, menjatuhkan namanya sampai bak sampah.


Kita kerap tak sadar, bahwa yang kita lakukan ini, adalah sebuah kesalahan besar baik dari sudut kacamata syariat maupun kacamata kemanusiaan. Bahkan telah tercatat sendiri sebagai dosa.


Jauh hari Nabi telah terlebih dahulu memberi peringatan, bahwa jika seseorang mencela saudaranya sebab dosa yang menimpanya, maka dia tidak akan mati sampai melakukannya sendiri. Nah, seram sekali bukan?


Maka sikap terbaik saat mendengar perbuatan dosa, adalah beristighfar terlebih dahulu buat diri kita, membaca ta'awwudz, sebagai perlindungan diri, lalu mendoakan agar orang itu diberi hidayah dan taubat. Jika bisa memberi nasehat, maka kirimkan nasehat namun dengan hati yang netral, tidak menjelekkan (berat memang)


Karena, menghina pribadi, itu tidak dibenarkan oleh Islam, namun menjelekkan kelakuan, tidak apa-apa agar orang lain menghindar dan kita sendiri menjauh. Tetapi repotnya, kelakuan itu menjadi satu dalam individu seseorang, jadi jika tak hati-hati, bisa-bisa kita malah berbelok mengolok orang itu, dosa lagi deh jadinya.


Pada akhirnya, adalah kehati-hatian bersikap, jangan mudah mengurus kejelekan orang lain, di saat diri kita sendiri masih perlu banyak di benahi.



Mengatur hati itu tidak mudah, perjuangan terus menerus melawan kekuatan setan yang menggunakan senjata nafsu sampai ruh terpisah dari badan. Wallahu Yahfadzuna wa Iyyakum..