diaryku (107) : TAMU NYEBELIN :D

Pernah kedatangan tamu yang menyebalkan? Yang datangnya tidak tahu waktu, pas waktu istirahat misalkan? atau bertamunya lama banget padahal si tuan rumah udah megap-megap kecapekan? Kalau sahabat sendiri sih masih mending, kita bisa menyuruhnya istirahat, atau kita yang izin pengen istirahat. Masalahnya, ini orang lain, yang kita hanya sekedar mengenalnya saja, tapi saat bertamu, kayak tidak tahu adat.


Aku pribadi sih belum pernah mengalami kayak gini, ya paling punya tamu yang kadang SKSD, tapi masih dalam tahap wajar. Nah, Babaku pernah mengalami hal ini, yang membuat beliau sebal bukan main. Soalnya tamunya ini tidak tahu waktu yang membuat jadwal beliau terbengkelai semua. Mana istirahat terganggu lagi.


Bertamu di waktu tidak tepat, mau ditinggal tidak enak, disuruh pulang ya malah tidak mungkin. Belum banyak bicara lagi. Ini bertamu apa mau ceramah sih?


Alhasil setiap kedatangan orang ini, Babaku seperti meradang lebih dulu. Tapi beliau tahan. Tidak mungkin beliau tidak menerima tamu, meski waktu istirahat. Kecuali habis dzuhur atau tentu saja tengah malam. Biasanya aku, atau adik-adikku yang mempersilahkan tamu tersebut untuk menunggu di Masjid jika mereka tiba habis dhuhur, sebab Babaku masih istirahat.


Nah, tamu yang menyebalkan tadi, ngakunya sih Kyai, ini yang membuat Babaku tidak enak mau tidak menerima. Tapi kalau Kyai kok datangnya juga bertamunya nggak tahu adat? Itu pikirku.


Alhasil, karena seringnya "kyai" ini datang, akhirnya Babaku berkonspirasi denganku. Kalau orang ini datang, aku disuruh menelpon teman babaku. Nah, pas "kyai" tadi bertamu, segera aku melakukan tugasku. Seperempat jam kemudian teman Baba yang aku telfon tadi, datang.


Tahu apa yang dilakukan? Teman Babaku tadi akting bertamu juga (sepertinya memang sudah diatur Baba), dan saat "Kyai" tadi bicara ngalor-ngidul, dan Babaku mendengar saja, teman Baba tadi menyela, "Maaf ya pak, Maaf Ustadz, sebentar lagi pengajian dimulai, saya disuruh panitia menjemput njenengan".


Dan dengan senyum merekah, Baba bilang pada tamu tadi, "Waduh Kyai, maaf ya, saya harus keluar, ada jadwal undangan pengajian," dan anehnya tamu tadi mengangguk saja dan tak juga keluar dari rumahku kala babaku "pergi" dengan temannya tadi !


Ini yang ngusir, tuan rumahnya apa tamunya sih? Pikirku penuh keheranan, kok malah Babaku yang pergi :D


yang pasti ya tentu saja babaku (dengan penuh kesebalan) perginya ke rumah temannya tadi, lha wong cuma akting.


Yang pasti, lama kelamaan, berhari-hari berikutnya, tamu ini baru sadar kalau kehadirannya tidak disukai (gubrak, lama banget nyadarnya). Itu tergambar jelas dari wajah dan tingkah lakunya, dia bisa membaca karena setiap dia datang, babaku pasti pergi "undangan pengajian" :D ... Sebab penjemputnya sama itu-itu saja :D


sampai suatu waktu dia bilang ke aku, "kamu jangan membenciku ya". Aku hanya menjawab spontan, "saya tidak pernah diajari membenci orang, saya hanya diajari membenci kelakuannya orang saja. Bukan membenci orangnya".


Dan setelah itu, tamu itu tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Sekaligus membawa putrinya boyong setelah sebelumnya sempat dipondokkan di pesantren Babaku.


@ @ @


Dalam Islam, menghormati tamu adalah hal yang sangat diperhatikan sekali. Ada tatacara tersendiri baik untuk bertamu dan menjamu tamu. Nabi sendiri bersabda, bahwa siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya.


Jadi, memuliakan tamu, langsung dihubungkan dengan keimanan seseorang. Dan sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa jika ada hal yang dikaitkan dengan keimanan, maka hal tersebut artinya benar-benar krusial. Semisal kaitan bohong dengan iman, kaitan hak tetangga dengan iman, dan lain sebagainya.


Nah, menghormati tamu dan menjamu yang sebaik-baiknya adalah termasuk dalam hal ini. Kita sangat disarankan untuk menjamu tamu kita dengan hal terbaik yang kita miliki, tentu saja dengan catatan tidak sampai membuat seseorang sampai berhutang demi menghormati tamunya. Semampunya saja.


Pernah dengan cerita indah kan? Bagaimana orang-orang terdahulu menjamu tamunya, sampai-sampai dia harus menyuruh keluarganya di dalam rumah membuat kegaduhan seolah makan, dengan mendenting-dentingkan sendok pada piring kosong agar tamunya merasa nyaman saat bertamu dan menikmati jamuan padahal seisi rumah sedang kelaparan dan jamuan yang dihidangkan sedianya untuk makan malam keluarga itu.


Dalam Islam sendiri, batas perjamuan tamu adalah 4 hari, setelah itu, andai si tamu masih bermalam di situ, maka tak ada lagi hak bagi tuan rumah menjamunya.


Namun ya begitu, walau hak tamu begitu agung, tamunya sendiri ya mesti tahu diri. Dia harus tahu diri kapan waktu bertamu, bagaimana adab jadi tamu, dan sebagainya. Ada timbal balik.


Sebab tentu saja hal ini berhubungan dengan interaksi sosial dan kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan kepekaan. Kita harus tahu kondisi orang yang kita bertamu padanya. Atau bagaimana situasi saat bertamu.


Karena kecakapan kita bertamu, juga menunjukkan kecerdasan sosial kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyebalkan bagi orang lain, kalau tidak ingin dapat umpatan dan gerutuan panjang pendek. Sebab terkadang, penilaian terhadap seseorang, adalah dinilai lewat tatacara dia bertamu.


Pada akhirnya, jika bertamu pada orang yang tidak kita kenal dengan baik, atau bertamu pada guru kita, pada orang-orang penting, pada keluarga-keluarga jauh, kita harus tahu adat dan kebiasaan yang berlaku. Agar keberadaan kita, tidak menjadi gangguan bagi tuan rumah itu sendiri. Sekaligus melatih kepekaan kita sebagai makhluk sosial, wallahu a'lam.