Belajar di Pesantren itu, tidak cuma menuntut ilmu, tinggal di asrama, beribadah, makan, tidur begitu saja. Ada sebuah kebiasaan unik para Santri di seluruh nusantara saat masih dalam masa belajar di Pesantren yang mungkin tak dimiliki lembaga pendidikan yang lain. Atau lembaga pesantren yang sudah berkolaborasi dengan pendidikan umum, bisa jadi kehilangan keunikan ini, yaitu berkhidmah.
Khidmah, atau membantu dengan suka rela, adalah ciri khas yang sangat kental dalam dunia pesantren. Hampir seluruh santri berlomba-lomba meraih jabatan ini. Boleh dikata, khidmah malah di atas ilmu, percaya tidak?
Hampir setiap santri yakin, bahwa keberkahan dan manfaatnya sebuah ilmu di masa depan, adalah lewat khidmah ini. Dan tentu saja, setiap santri berkhidmah pada Kyainya (ini yang utama), pada pesantrennya, dan pada sesama rekannya, sesuai dengan kekuatan dan kemampuan masing-masing. Khidmah di pesantren tidak dijadwalkan, karena memang dorongannya adalah dari hati terdalam.
Sejarah membuktikan, seluruh Ulama' baik luar negeri atau dalam negeri yang sukses dan moncer sekarang, adalah mereka-mereka yang pada masa mudanya adalah para santri dan pelajar yang begitu tekun berkhidmah pada gurunya.
Aku sendiri, sebagai pribadi yang memilih jalur pendidikan pesantren, tentu saja mengambil posisi ini, berkhidmah.
Saat masih di rumah dulu, meski katakan aku anaknya yang punya pesantren, jabatan "Gus", tapi sama Babaku jabatan itu dicopot, dan khidmahku adalah tukang bersih-bersih got sekitar area pesantren.
Di Purworejo, aku menikmati posisi khidmah dengan rajin membersihkan kolam kaki tempat wudhu dan WC pesantren yang jika ada petugas WHO menilik, pasti pingsan duluan, saking kotornya. Pusat bakteri berjibun di situ. Bau? Bayangkan sendiri, kalah Toilet-Toilet Umum di terminal.
Sewaktu di Pujon, aku masih belum beranjak dari kamar mandi, tugasku adalah membersihkan kamar mandi dan WC Ma'had, hanya saja bedanya, kalau di Pujon, toiletnya udah kelas hotel bintang 4, jadi nggak susah bersihkannya, cuma kadang sebelnya ada temen yang kurang ajar berak dan tidak disiram, huh..
Saat di Mekkah ini, khidmah harianku, sejak aku datang sampai sekarang, adalah menyapu halaman asrama yang lebarnya seukuran lapangan sepak bola. Kalau musim dingin sih asyik, nggak ada daun-daun yang rontok, tapi kalau musim panas, sampah yang kubuang harian dari halaman itu, bisa sampai dua tong yang tingginya lebih dari separoh tubuhku.
Itu khidmah harian, kalau khidmah mingguan, tiap malam jumat, aku selalu menikmati hari-hari khidmahku dengan mencuci piring dan perkakas dapur, biasanya sih sampai 30 nampan besar, 30 mangkok, plus peralatan-peralatan dapur yang ekstra jumbo.
Selain itu, khidmah apapun sebisaku, yang bisa kujangkau, aku lakukan, meski cuma sekedar menyuguhkan minuman pada tamu-tamu guruku.
Selalu aku temukan ekstase luar biasa dari khidmah ini.
Jadi kalau habis asar gitu, biasanya ada pelajaran satu jam, setelah itu aku meluncur ke halaman dengan sapu di tangan kanan, dan pengeruk sampah di tangan kiri. Dan jika selesai, sembari menunggu maghrib, aku sempatkan waktu untuk chat menemui sahabat-sahabatku.
Jadi, kalau sekitar jam 9 malam waktu indonesia aku online, itu aku baru saja menjalankan profesi harianku sebagai tukang sapu halaman asramaku :D
Oleh karenanya, setiap aku ditanya, apa rahasia kamu bisa seperti sekarang ini? Maka aku jawab, sebab berkah khidmah, itu saja, tak lebih :)
Meski begitu terus terang aku masih sering iri pada teman-temanku yang lain yang mendapat kesempatan khidmah lebih hebat dari aku. Yang bisa selalu istiqomah berkhidmah, yang bisa khidmah langsung pada Guru Besarku.
Oh ya, teringat sesuatu, saat Guruku masih hidup, Abuya Sayyid Muhammad, khidmahku pada beliau adalah sebagai tukang pijit jeda waktu subuh dan sebagai sekretaris bantu. Sempat juga aku mendapat posisi khidmah sebagai kepala laboratorium komputer di asramaku.
Alhasil, segala pekerjaan yang tidak ada hubungan dengan pelajaran, pekerjaan apapun yang diniatkan membantu tanpa pamrih, tanpa ada harapan mendapat imbalan apapun, maka itu adalah khidmah.
"Man Khodam Khudim", siapa yang membantu sukarela, kelak dia akan dibantu. Dan ini adalah hukum alam. Jangan dikira para Kyai yang selalu dilayani kanan-kiri itu mendapat keistimewaan seperti itu, seperti Raja, memperolehnya begitu saja, tetapi saat masa mudanya dulu mereka juga menjadi pelayan guru-gurunya.
Enak banget kan kalau apa-apa keperluan kita dilayani? Tapi kalau ingin gitu, maka kita harus bersedia melayani orang lebih dahulu.
Banyak sekali pelajaran kehidupan besar dari pendidikan khidmah yang kami terima. Latihan menumbuhkan kepekaan, menghancurkan segala arogansi dan egoisme. Bayangkan saja, bagaimana rasanya, jika ada seorang putra kyai, atau anak kaya, yang biasa hidup enak di rumah setelah itu mendapat tugas khidmah menjadi tukang bersih WC? Otomatis sifat kemegusnya akan runtuh berkeping-keping. Tahu gimana rasanya orang miskin.
Makanya, biasa jika di pesantren, ada santri yang khidmahnya kurang, atau malah tidak khidmah sama sekali, dia akan mendapat cibiran tidak enak dari senior, atau dari yang lain. Dan selalu saja ditengarai bermasa depan suram. Memang kenyataannya seperti itu juga sih. Dengan tanpa mendahului Takdir.
Pada akhirnya, sangat nikmat jika kita mendedikasikan hidup kita secara sukarela untuk kemanfaatan umum. Ada kepuasan luar biasa, meski khidmah itu, cuma sekedar membuat catatan yang menyegarkan ruh dan jiwa segenap sahabat, seperti ini :)
Semoga bermanfaat, amin.. Key?
Diaryku (104) : TUKANG SAPU LAPANGAN BOLA :D
Share this
Related Articles :
Profil Penulis
Paling Dilihat
-
Doa Bahasa Jawa, Rahasia Dahsyatnya Kemantapan Hati - https://momen-ku.blogspot.co.id/ . Setiap pesantren, pasti memiliki ritual baca dzi...
-
Solusi Tekanan Batin Was Was Najis Wudhu dan Sholat - Momenku . Aku pernah mengalami fase kehidupan yang teramat susah. Susah bagi batin,...
-
Dahsyatnya Rahasia dan Manfaat Shalawat Rosululloh Muhammad Pesantren Sejuta Shalawat - Momenku . Setiap malam jumat, setelah sholat is...
-
Tips Menyikapi Rasa Kecewa Terhadap Apapun - Momenku . Setiap dari kita, pasti pernah mengalami kekecewaan. Dikecewakan oleh keadaan, dik...
-
Sebagai pribadi yang sejak lahir hidup dan tumbuh berkembang di area pesantren, tentu saja soal pergaulan antar lain jenis adalah hal yang s...
-
Beberapa waktu yang telah lalu, salah satu sahabat bertanya padaku soal teks hadits yang menyatakan bahwa wanita itu kurang akal dan kurang ...
-
Sepuing Kenangan dengan Sang Guru Besar Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki - Momenku . Catatan ini, adalah sepuing kenanganku bersama Guru ...
-
TKW di Pancung di ARab Saudi, Pandangan dan Solusi Terbaik Menurutku @ Hari ini tadi, saat aku online chat, banyak sahabat bertanya kepa...
-
Catatan terakhir dari diaryku kemarin bercerita tentang mellow-nya acara perpisahanku saat ber-PKL di Kepanjen, Malang. Waktu aku masih bel...
-
Memasuki bulan Rajab begini, selalu saja ada rasa bahagia dan ketenangan luar biasa yang tak bisa digambarkan, dan itu terbersit dalam diri ...
Label
- buku 1
- Catatan dari Diary 46
- Catatan Khusus 19
- cerpen 3
- Di Balik Ayat Suci 2
- Guruku 2
- In Memoriam 2
- Inspiratif 1
- intermezo 2
- Status FB 1