Diaryku (86) : Pembunuh yang Kejam :D

Minggu-minggu ini, boleh dikata, aktivitas kami di asrama "bertambah" lagi, namun kami begitu menikmatinya, sekaligus sebagai hiburan bagi kami dari ketegangan dan kepenatan kegiatan sehari-hari kami yang berkutat dengan belajar.

Adalah kedatangan beberapa makhluk di tengah-tengah kami, yang mau tidak mau kami mesti memeliharanya (sebab yang mendatangkan, Guru Kami, yang memang mencintai binatang).

Beberapa jenis binatang yang berbeda-beda dan lucu-lucu. Hamster, kura-kura, Kucing Anggora, dan ikan hias. Sebelumnya kami juga punya piaraan burung puyuh dan kucing-kucing biasa. Namun tak semenarik 4 binatang yang aku sebut tadi.

Jadi rekan-rekanku pun bebas memilih ingin memperhatikan yang mana, yang menarik hatinya. Yang gemes dengan kucing anggora, kemana-mana kucing manja berbulu lebat itu digendong, dibersihkan, dibiarkan saja numpang tidur di kasur-kasur kami, bahkan dibelikan makanan khusus kucing (wiskash) yang harganya lumayan.

Yang suka ikan hias, hampir setiap hari mengganti air di akuarium, beli perlengkapannya. Yang suka hamster, saat waktu luang diam berlama-lama memperhatikan ulah hewan pengerat mungil mirip marmut itu, yang berlari-lari riang dalam roda-rodaan. Yang suka kura-kura pun juga begitu. Ada 3 kura-kura mungil di asrama kami.

Ternyata, rekan-rekanku hampir semuanya penyayang binatang :-D. Aku sendiri tertarik merawat kucing anggora dan hamster yang memang lucu itu. Membangkitkan kenangan lamaku dengan kucing-kucing peliharaanku dulu.

Memang sejak kecil aku suka binatang. Acara apapun, bacaan apapun berkenaan dengan Fauna, pasti aku buru. (di Mekkah, acara fauna favoritku adalah "Mamlakatul Ghobah" dan "Hijrot Udzma", yang rutin disiarkan channel National Geographic. Dan sampai sekarang juga, aku masih memendam keinginan untuk jadi anggota WWF atau Green Peace :-) ).

Pernah dalam suatu waktu saat remajaku, aku begitu penasaran dengan burung Dodo yang sudah punah dan hanya ada di madagaskar. Pernah juga aku menangis tersedu sedan saat membaca tulisan bahwa sekitar tahun 60-an pernah terjadi perburuan besar-besaran yang menyebabkan punahnya banyak spesies langka.

Namun, meski aku terhitung penyayang binatang, tapi ternyata aku punya catatan hitam melakukan kekejaman pada binatang :-D.

Tentu hal ini sebab kebodohanku, waktu aku masih kecil.

Aku pernah membakar rumah semut, dan ketahuan babaku sampai aku dimarahi dan dinasehati bahwa tak boleh membunuh binatang atau membasmi serangga dengan membakarnya. Sebab yang hanya berhak menghukum dengan hukuman jenis itu hanya Allah semata.

Pernah pula aku membantai dua bebek kecil. Pengennya sih praktek udh-hiyyah, menyembelih hewan kurban. Eh nggak tahunya sembelihanku terlalu keras sampai kepala bebek malang itu terpisah dari badannya. Akhirnya untuk menyesali tindakan itu, aku mandiin si bebek, aku kafani, dan aku kuburkan model manusia. Sekalian praktek ngaji soal jenazah :-D

Tapi perlakuan burukku tak sekejam pada cicak. Memang sih ada kesunnahan membunuhnya, namun caranya tak boleh dzolim. Tapi aku tidak, dasar nakal :-D

cicak-cicak itu aku panahi, dengan jarum yang sudah dimodifikasi. Dan sebelum mati, kadang aku beri makan odol, atau kusuntik pakai spiritus sampai melembung, atau kadang cicak besar kupaksa menelan cicak kecil. Dan berbagai kekejaman yang tak berperi kebinatangan sama sekali.

Sampai akhirnya aku dibalas dengan kelakuanku itu. Suatu sore saat listrik padam, aku kejatuhan cicak, dan dengan sukses cicak itu menyelinap masuk tubuhku, tentu saja aku yang masih kaget berjingkrak-jingkrak kegelian plus ketakutan, sambil teriak-teriak.

Cicak itu memang akhirnya keluar dari bajuku, namun entah ke mana. Yang pasti aku hampir mati kaku :-D

beberapa hari kemudian, aku memakai celana yang kupakai saat kejatuhan cicak itu. Tapi di sakunya agak terasa ada basah-basah. Tentu saja saku celanaku itu aku rogoh, ada apanya? Eh, kok empuk-empuk tapi benyek? Ku endus tanganku, bau bangkai ! Dan ku lihat sakuku, ternyata bangkai cicak ! Hwaaa...

Sejak itu (dan sampai sekarang) aku benar-benar trauma dan takut dengan cicak. Sampai jadi phobia. :-D

Heu, jadi ingat, haji tahun lalu, aku dikerjai salah satu adikku dengan dikirim boneka cicak. Dasar --"

@ @ @

Bersikap lemah lembut dan menyayangi binatang, itu adalah sebenarnya salah satu ajaran yang disampaikan Junjungan Nabi Muhammad S.a.w pada kita. Sebuah ajaran nan indah tiada tara. Bahkan mungkin kita sendiri kurang perhatian bahwa sebenarnya ini adalah salah satu di antara ajaran moral yang diusung Nabi.

Jadi uniknya, pelajaran kehidupan yang diajarkan Nabi kita, tak hanya sebatas pada hubungan dengan manusia, namun alam dan lingkungan. Hal yang sangat sayang sekali sekarang tak diperhatikan orang Islam, tapi malah dipakai orang kafir. Ini hanya satu contoh saja, akhlak Islam yang dipakai orang kafir, tapi malah tak dipakai orang Islam. Maka jangan heran Islam mundur.

Momentum... Jadi ingat habis baca koran kemarin. Di Riyadh, Saudi Arabia, baru saja diributkan dan dilanda ketegangan gara-gara ada macan lepas dan jalan-jalan di kota. Dan untuk menangani macan itu, akhirnya penduduk berinisiatif menembaknya dengan senapan api, yang tentu membuat macan itu tewas mengenaskan.

Akan sangat berbeda jika hal ini terjadi di eropa atau amerika. Setidaknya macan itu bukan dilumpuhkan dengan tembak api, tapi tembak bius. Dan tetap hidup. Menyedihkan.

Lepas daripada itu, jika kita mau menelaah dan meneliti sejarah perikehidupan Nabi, banyak sekali momentum-momentum beliau berhubungan dengan kasih sayangnya terhadap binatang. Tak heran jika unta pun bersimpuh bersujud di hadapan baginda, Shallallahu alaihi wa sallam, bahkan unta-unta itu saling berebutan menyerahkan lehernya untuk beliau sembelih (saat Hudaibiyah, 6 H)

Juga tak sedikit teks-teks hadits yang menunjukkan bagaimana cara bersikap lemah lembut pada binatang meski saat membunuhnya, semisal jika menyembelih harus dengan belati yang tajam, saat menyembelih jangan sampai terlihat yang lain. Atau semisal cicak, yang memang dianjurkan membunuhnya namun hanya dengan sekali pukul sekali mati.

Sangat dilarang sekali sebenarnya dalam Islam untuk menyiksa binatang. Namun kita tak sadar, dan sering menyiksa makhluk Allah itu. Bahkan yang berbau aduan, semua diharamkan oleh Islam.

Pada akhirnya, adalah sebuah kesadaran dan pembelajaran, bahwa kita di dunia ini tidak hidup sendirian. Ada makhluk lain yang harus kita perhatikan. Cukuplah satu petuah Nabi saat bersabda bahwa bagi setiap bernyawa itu berhak menerima sedekah, sebagai dasar bagi kita untuk mencintai binatang, menyayangi binatang, dan melindungi binatang. Sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem alam.

Bukankah kerusakan yang terjadi di bumi dan laut saat ini, teriak-teriak global warming, adalah karena ulah manusia sendiri kan? (Dzoharol Fasad fil Barri wal Bahr, bi maa kasabat aidin nas)

akhir catatan, saatnya perenungan :)