Diaryku (118) : Mudah Menangis ... Wajarkah?

Hari-hari ini aku dipaksa menangis sebab membaca sebuah novel yang benar-benar menguras air mata. Setiap membaca lembar perlembarnya, bisa kupastikan sendiri bahwa aku segera menangis, menghabiskan banyak tissue untuk menyeka air mata juga membuang ingus cair yang mendadak membuntu hidung setiap aku menangis. Terkadang sampai terbatuk-batuk sebab terlalu lama bersedu sedan.

Cengeng sekali ya? Cowok kok nangisan. Aku sendiri memang kerap heran, membaca cerita menyentuh, puisi sedih, menonton film-film melankolis, mendengar bencana, atau menghadapi momen mengharukan pasti seketika aku meneteskan air mata. Meski kadang diam saja tanpa harus merubah mimik wajah.

Sebuah keanehan atau apa ya? Masih ingat sekali saat acara farewell sebelum keberangkatanku ke Makkah (wah, kalau acara-acara bertajuk 'perpisahan', jangan tanya lagi deh, aku sudah nangis-nangis sejak 3 hari sebelumnya). Tepatnya kala keluarga besarku melepas kepergianku ke tanah suci, di Bandara Juanda Surabaya.

Tentu saja, ibu dan seluruh adikku, juga bibi-bibiku bergantian memeluk dan menciumku, dan tentu saja dengan tangisan dan penuh sekali air mata, aku sendiri tidak bisa berkata-kata sebab tangis. Nah saat itu, aku dengar Babaku berteriak keras sekali kepadaku, "jangan menangis ! Jangan menangis !". Aku hanya menoleh sekilas sebelum kembali tenggelam dalam tangisku.

Entah, secara psikologi, yang aku alami ini apa istilahnya. Tapi aku pribadi memang mudah tersentuh. Jangan-jangan nangis buaya Wy? Haduh, aku paling tidak bisa bersandiwara, kalau tidak nangis, ya tidak bisa, meski upacara pemakaman.

Memang aku sangat banyak baca kisah tentang orang-orang shaleh terdahulu yang sering menangis saat malam hari. Tetapi mereka menangisnya karena dosa, karena rindu pada Rasul, rindu pada Sang Pencipta. Tangisan yang jelas sekali targetnya. Lah kalau nangisku ini, nangis apa?

Atau biografi Nabi Muhammad sendiri yang memang beliau menangis pada beberapa momen mengharukan, mentrenyuhkan. Semisal ketika melihat jasad pamannya yang dibantai, atau saat menangis kala putranya wafat di pangkuannya.

Beberapa sahabat bertanya, ya Rasul, engkau menangis? Rasul hanya menjawab, hati bisa bersedih, dan mata meneteskan air matanya, tetapi kita tidak berkata kecuali sesuatu yang membuat Ridho Tuhan kita.

Ya bisa jadi kesimpulan dari Beliau adalah, kalau sekedar meneteskan air mata sebab tersentuh, tidak jadi masalah, bisa jadi menunjukkan kelembutan hati, seperti Nabi kita yang memang terkenal dengan kelembutan hatinya.

Nah yang nggak boleh itu kan yang nangis sampai teriak-teriak kayak orang gila, mengaduk-aduk rambut, menaburinya dengan debu, merobek-robek baju, memukul-mukul wajah dan tubuh. Apalagi kalau hal ini dilakukan saat kematian, bisa menyebabkan penyiksaan pada si mayat sebab ulah edan keluarga yang ditinggal. Ini yang dalam Islam disebut sebagai Niyahah yang diharamkan itu.

Permasalah menangis memang sangat aneh sekali. Pasti ada perasaan sangat lega sekali usai kita meneteskan air mata. Dan pada momen tertentu, hati terasa lebih cerah dan lapang, bahkan wajah nampak bercahaya meski mata sembab.

Seseorang yang tidak bisa menangis pun diidentifikasi sebagai orang yang keras hati, dan bisa dianggap tidak mempunyai perasaan. Seseorang yang cenderung berdarah dingin dan kejam. Meski tentu tidak semua seperti itu (kayak halnya orang penangis adakalanya tangisannya tangisan kadal saja, untuk menipu).

Tetapi apapun keadaannya, memang ada iluminasi dan sensasi habis menangis. Bagi yang bisa merasakan, mendadak akan sangat banyak sekali inspirasi usai menangis, entah itu negatif (efek tangisan marah, cemburu), entah itu positif (efek tangisan trenyuh dan belas kasihan).

Oh ya, jadi ingat cerita beberapa hari lalu, saat kami seasram sedang iseng saja nonton film India. Eh tiba-tiba mendadak teman-teman gaduh bukan buatan, ramai, pasalnya di ujung lain, ternyata ada salah satu teman yang menangis tersedu-sedu sebab adegan mengharukan film itu. Apalagi sang teman ini memiliki fisik besar, wajah sangar, eh nangis saat lihat film India. Sebagian teman menggojloknya habis dengan julukan baru, "Gagah gemulai". :D

Akhir catatan, menangislah untuk melembutkan hatimu. Kekerasan hati hanya bisa dilunturkan oleh air mata, sebab apapun itu. Dan tak ada di muka bumi ini orang yang paling celaka hidupnya kecuali mereka-mereka yang keras hatinya.. Qolbun Qosi.. Kita berlindung pada Allah, dari perubahan negatif sebab kerasnya hati yang bisa melebihi baja.