Diaryku (102) : SEDIH MEREMOVE SAHABAT :(

Waktu kecil, saat awal-awal sekolah dasar, aku mempunyai kebiasaan unik. Setiap pulang sekolah, aku pasti merobek selembar kertas, dan kemudian aku corat-coret menggambar denah kelas, bangku-bangkunya, dan untuk kemudian, gambar sketsa kotak-kotak persegi panjang visualisasi bangku itu aku tulisi nama-nama teman-teman sekelasku.

Jadi sebelum pulang, aku selalu mengedarkan pandangan ke seisi kelas untuk melihat ada perubahan formasi teman-temanku atau tidak, untuk aku tuliskan di sketsaku nanti sesampainya rumah.

Tentu saja otomatis aku mengingat dengan baik siapa sahabat-sahabat sekelasku, baik yang akrab denganku, atau yang suka usil menjahiliku atau yang tidak pernah bergaul sama sekali.

Beberapa waktu kemudian, sebagaimana umumnya anak-anak, kebiasaan membuat sketsa itu menghilang dan ganti dengan hobi lain. Tetapi kebiasaan mengedarkan pandangan menjelang bubaran kelas, tidak bisa hilang, dan itu sampai sekarang !

Bisa jadi juga kebiasaan mengecek seluruh isi kelas itu menjadi keterusan karena sejak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyyah aku didaulat jadi tukang absen.

Sekitar setahun lalu, aku mencoba melakukan tes pada memoriku sendiri, menulis dan mengingat teman-teman masa SMP-ku yang sudah berpisah beberapa belas tahun, dan aku mampu mengingat mereka satu-satu melalui formasi tempat duduk mereka masing-masing.

Namun dulu yang unik, aku selalu merasa sedih setiap ada teman sekelasku yang berhenti. Dengan begitu, akan ada bangku kosong, dan yang pasti aku kehilangan sahabat. Pertama kali perasaan itu aku alami saat kelas dua MI.

Kenapa aku menulis hal ini? Sebab 10 hari terakhir ini, aku melakukan hal yang sangat berat bagiku dan sangat memaksa. Yang boleh dikata, bertentangan dengan nurani, yaitu Meremove sebagian akun sahabat yang tak aktif dari friendlistku.

Terus terang, aku pribadi bukan orang yang mudah melupakan sahabat, meski mungkin aku belum ada sempat menyapanya. Selama aku aktif di jaringan-jaringan sosial di dunia maya ini, hal yang paling membuatku sedih adalah jika aku tahu diriku diremove, atau permintaan pertemananku tak segera dikonfirmasi.

Ketika aku kehilangan Nickku di mig33, (nick master ameer_qolawun), yang sangat aku sesalkan adalah bukan hilangnya nick itu, tetapi friendlist dalam nick itu. Untungnya ada sahabat yang berbaik hati mengcopy seluruh friendlist di nick itu yang lebih dari 1200 teman.

Mungkin, sebagian orang (dan kembali pada karakter serta kebebasan individu, hak asasi juga) tak segera menerima permintaan pertemanan dengan berbagai alasan. Bahkan bisa jadi menumpuk sampai ribuan, atau saking banyaknya, sampai tidak bisa lagi di add.

Namun aku pribadi, berbeda, setiap add, pasti segera aku terima. Jika tidak bisa diterima, karena yang meng-add sendiri kebanyakan teman, maka aku kirim inbox pemberitahuan.

Sebagaimana dalam akun ini yang penuh, langkah remove yang kulakukan, adalah tidak membuangnya sama sekali, tetapi memindahkannya ke akun kedua. Itupun aku perkirakan akun-akun yang tidak seberapa aktif. Atau yang aku remove, akun ganda yang tidak perlu.

Oh ya, sekalian, untuk sahabat-sahabat baru yang ingin add aku di akun Awy' Full, berhubung sudah penuh, aku add ulang di Awy' Dua.

Meski seperti itu, dari penyisiran yang aku lakukan, sampai sekarang, peremovan itu belum menyampai angka 100, sebab aku sendiri bingung dan maju mundur tiap mau meremove satu akun.. Paling tidak, membutuhkan 2 menit berpikir, atau lebih.

Sahabat, bagi kita adalah segalanya. Cukup banyak di sana tulisan-tulisan tentang bagaimana pentingnya sahabat. Sebab sebagai makhluk sosial, tidak mungkin kita hidup tanpa sahabat.

Teringat pepatah, sejuta sahabat terlalu sedikit, dan satu musuh teramat banyak. Atau, persahabatan bagai kepompong. Atau, orang yang tak memiliki sahabat, bagai orang yang melaju ke medan tempur tanpa senjata, dan lain sebagainya.

Bahkan dalam Ilmu Akhlak, ada bab menyendiri yang mengatur tentang tata cara bersahabat serta bersikap terhadap mereka.

Memang tidak ada batasan untuk bersahabat dengan siapapun, karena tentu saja masing-masing individu pasti ada sisi positif dan negatifnya. Namun yang sangat dianjurkan, adalah untuk mencari dan mempunyai sahabat yang mampu menginspirasi kita untuk selalu bisa giat beribadah, dan meningkatkan taqwa.

Sahabat motivator dan inspirator dalam kebaikan ini, jangan sekalipun dilepas jika kita berhasil memperolehnya. Sebab tentu tak semua orang bertipe seperti ini.

Dan dalam persahabatan yang sebenarnya, kita juga harus mampu menjaga hak-hak mereka. Jangan cuma minta hak kita untuk selalu dipenuhi. Harus ada timbal balik, jika memang kita ingin disayangi.

Akhir catatan, contoh terbesar soal indahnya persahabatan adalah yang telah ditunjukkan dengan sangat elegan dan spektakuler oleh Nabi Muhammad S.a.w. Dan beliau, dengan begitu care serta sangat perhatian mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada para sahabatnya itu. Bahkan mampu mengenali mereka satu persatu yang jumlahnya lebih dari 120.000. Tak sekedar kenal nama, namun kenal kepribadian perindividu secara mendalam.

Jika tidak mencontoh Nabi, lantas kita mau mencontoh Siapa? :)